Pergi dengan modal dengkul pulang dapur ngepul. Yah mungkin kata yang ini cocok buat saya. Cuma bermodalkan baju seadanya untuk bermalam saya pun nekat untuk berangkat ke Kutai Kartenegara. Tapi karena ada keluarga jadi gak agak nyantai deh dengan konsumsi dan penginapan. Berangkat di sore hari dengan kendaraan antar kota yang bisa di bilang seperti naik roller coaster. Kalo jalannya rata sih gak apa mungkin, tapi sayangnya jalannya lobang-lobang. Maklumlah perjalanan ke kampung memang agak sedikit ekstrim. Di tambah banyaknya truk pengangkut batu bara yang berlalu lalang. Udah deh, untuk menambah serunya perjalanan maka playlist lagu rock dan beberapa lagu galau di mainkan juga.
Lagi-lagi karena masalah di kampung. Sinyal lemah dan saya harus berjalan kaki sekitar satu kilo untuk mencapai rumah Bude. Padahal sudah janjian sama kakak sepupu untuk di jemput. Sebagai gantinya sampai di tujuan dapat makan dan di pijitin sebelum tidur. Nasib nyampe malam hari.
Alvian Nur (Adik sepupu) |
Ku lihat sang nenek yang hampir sudah tidak bisa apa-apa. Mulai pikun dan makan dari pemberian keluarga. Maka ku teringat Wajah kedua orang tua ku. Mampukah aku memberika mereka nafkah nanti ketika mereka sudah tak bisa bekerja lagi? Dan ku pandang jauh ke dalam diriku, jika saya masih seperti ini bisakah itu semua terjadi?
Lalu ku pandang wajah kakak sepupu ku yang sudah menikah. Seorang wanita yang perlu di nafkahi oleh sang suami. Terbersit fikiranku tentang sosok istri nantinya. Mau nikah modal sayang dan cinta? Jadi mau dikasih makan batu dan pasir gitu? Belum lagi dia harus merawat tubuhnya, dengan segala macam bentuk produk kosmetik (misalnya).
Kemudian wajah tidak berdosa dari adik sepupu ku yang baru berusia dua bulan setangah hadir disitu. Belum lagi masalah istri, muncul lagi masalah anak. Memang lucu ketika bermain dengan dirinya, tapi menjadi tidak lucu ketika keperluannya tidak tercukupi. Sepertinya ya harus bisa mencapai target hidup.
Pelajaran yang bisa saya ambil. Mungkin sekarang saya hidup sendiri tapi nantinya saya akan membangun kehidupan saya sendiri bersama dengan orang yang saya sayangi tentunya. Hidup santai boleh tapi jangan terlalu santai. Karena umur manusia tidaklah santai. Memang berjalan perlahan bahkan hampir tak terasa. Tapi umur selalu bertambah setiap detik berubah. Karena satu detik itu begitu berharga maka kan terus ku coba untuk tak menyiakannya.
Alhasil pulang dari rumah keluarga membawa oleh-oleh buat orang rumah. Yang ada itu di syukuri walaupun berat juga bawanya. hahahaha.
Udahlah begitu saja yang bisa saya posting disini. Semoga bermanfaat aja deh.
Wassalamualaikum... :)
0 comments:
Post a Comment