Chapter 10

Friday 4 February 2011 0 comments
Sudah terasa lama banget sejak tragedi tawang itu. Tapi hati ini emang masih nggak bisa melupakan. Ya begitulah aku, Aku merasa emang aku nggak sempurna seperti ingin ku sendiri. Tapi entah kenapa kalo masalah beginian aku selalu mencoba setia. Nggak akan aku lupakan semua kejadian kemaren itu. Senyumnya yang begitu ia katakan tidak sepertinya udah cukup mengobati.

Lanjutkan saja apa yang dia inginkan. Aku juga cuma bisa membantunya dari belakang, aku hanya seorang sahabat yang sangat amat menyayangi dirinya. Sayangnya ku bukan makhluk egois yang memaksakan apa saja mau ku. Tapi aku juga bukan makhluk yang rela membiarkan dia pergi begitu saja dari hadapanku. Apa aku terlalu bodoh hingga aku masih terbelenggu dalam keadaan seperti ini. Aku ini lelaki yang kuat yang akan selalu berusaha tetap menjadi kuat.

Harapan, ya hanya harapan yang tersisa. Mungkin aku masih bisa bertahan sampai aku benar-benar lelah. Sekarang aku sudah mulai nggak bisa berfikir lagi. Semakin dia menjauh mengapa aku semakin memikirkan dirinya. Ah, bodohnya diriku. Kalo di fikir-fikir ngapain juga aku mikirin dia, toh dia aja nggak mikirin aku. Tapi itu nggak bisa!!! Kalo bisa dari kemaren-kemaren aku udah nggak usah mikirin.

Terkadang benar-benar menyakitkan kalo harus begini. Yang harus aku lakukan adalah bersabar. Kunci dari semuanya adalah bersabar dah iklas. Suatu saat pasti aku akan dapatkan yang pantas buat aku. Tapi sebenarnya nggak bisa di pungkiri aku masih memikirkan dia terus. Kata bule ku sih aku udah jadi wong edan. Its ok for me. Gila karena dirinya aku jadi merasa terhormat.

Memang benar apa yang udah aku katakan sebelumnya. Aku adalah orang tersial dalam masalah seperti ini. Manusia yang nggak mungkin dapat mencapai ingin ku. Sekarang akulah yang berada di posisi patung selamat datang. Hanya bisa berdiri bahkan dilirik pun tidak. Tuhan itu adil, benar-benar adil. Aku yakin itu semua pasti ada maksudnya.

Aku hancur sehancurnya kalo begini terus. Ini benar-benar mimpi buruk dan aku harus segera bangun. Aku nggak mau selamanya tertidur di mimpi seburuk ini. Perjalanan ku masih panjang dan aku harus segera berlari. Karena aku udah tertinggal begitu jauh. Aku cuma inginkan dirinya sampai aku nggak tau kapan aku merasa lelah untuk mengingikan dirinya. Berikutnya pasti akan lebih baik dari sekarang!

0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Gubuk Derita | TNB