Chapter 6

Monday, 8 November 2010 0 comments
Semangaaaaaaaaaaaat!!!!!!!

Setelah dua hari nggak ngeblog ada banyak cerita nih yang ku dapat di dua hari itu...
Tapi namanya manusia ya pasti ada lupa kalo masalah mengingat yang dilakukan selama dua hari itu.

Hari sabtu yang tampaknya biasa-biasa aja di pagi harinya ternyata ada juga pengalaman yang baru. Agak norak sih sebenarnya. Akhirnya aku ke lawang sewu juga. hehehehe. Ternyata disana banyak sekali sejarahnya. Untung aja pemandunya yang benar-benar tau tentang lawang sewu sampe kagum di jelasin sama Pak Minlawu saat itu. Tanggal-tanggal bersejarah pun sampai beliau hapal. Beliau mengaku bahwa beliau dosennya lawang sewu... Dan beliau juga berpesan kepada kami bahwa jangan lupakan Allah dan selalu dirikan tiang agama yaitu SHOLAT. ckckck. benar-benar kagum dah pokoknya..... Dari sosok yang terlihat biasa-biasa saja itu dan sedikit agak sangar tapi beliau itu tukang semir di masjid agung Semarang. Tapi bukan tukang semir sepatu, melainkan semir QOLBU.

Sedangkan pada hari minggunya ya sama seperti hari sabtu. Pagi hari rasanya bosan banget. Dan ternyata sore hari ada penyiksaan komting TL 2010. Asik dah pokoknya. Intinya selamat ulang tahun deh Pak Komting. Pas mau pulang ternyata ada rapat buat TL FAIR. Senior udah pada nunggu di gedung prof. Soedarto. Dan disitu aku belajar dari kata-kata mas Anjar. Kata-kata yang luar biasa, yang intinya manusia itu selalu tidak puas dan hanya semangat di awalnya saja. Tapi berikutnya loyo.  Disitu lah aku menarik kesimpulan bahwa jadi orang dalam melakukan sesuatu harus bersikap profesional dan bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan, dan jangan pernah menyerah di tengah perjuangan itu..

Kemudian hari ini, cerita yang bisa aku bagi adalah ketika aku sedang di tempat pencucian motor. Seorang pelajar SMA yang sekilas memiliki fisik yang bagus banget, tapi ternyata autis. Dia bersama kedua orang tuanya datang ke pencucian motor. Layaknya seperti anak kecil dia duduk di tengah. Alhasil mereka bonceng tiga deh. Disini saya bukan ingin melecehkan orang yang autis tersebut. Tapi saya mengambil sebuah pelajaran dari kejadian tadi. Orang tua anak itu tidak malu dengan keadaan cacat mental anaknya tersebut. Mereka masih menyayanginya masih memanjakannya masih memperhatikan anak kesayangannya itu. Cinta orang tua itu memang tiada bisa di gantikan dengan uang oleh anaknya. Mereka tulus mengerjakan sesuatu untuk anaknya. Ya seperti orang tua kita juga. Mereka tulus memberikan apa saja yang kita butuhkan. Seharusnya kita sadar dengan apa yang telah orang tua kita berikan kepada kita.

Mungkin kita sadar tapi kita merasa tidak terlalu peduli. Mungkin yang ada di fikiran kita itu merupakan kewajiban orang tua. Tapi coba pikir sekali lagi. Apakah kita sudah melalukan kewajiban kita sebagai anak kepada orang tua. Kasih sayang itu mahal harganya. Jangan pernah berfikir bahwa kita ini merasa nyaman bahwa kita telah di beri materi yang cukup dari orang tua. Tapi kita juga harus fikirkan bagaimana cara membalas kasih sayang itu. Bukan uang yang mereka mau, bukan harta yang mereka ingin. Yang mereka ingin hanya satu. Berbakti kepada orang tua dan jadilah orang yang di harapkan orang tua kita.

Dan hari ini aku juga sangat bahagia sekali. Sudah dua bulan aku haus akan kasih sayang ayah ku. Hari ini aku bertemu dengan dirinya walau hanya setengah jam. Ku cium tangannya lalu ku peluk tubuhnya dan ku cium pipinya.
Senang banget deh hari ini.

Pesan hari ini adalah Cintailah kedua orang tuamu seperti mereka mencintai mu dari kecil sampai sekarang ini.

0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 Gubuk Derita | TNB